Wednesday, March 11, 2015

MLM, The Post-Modernism Business Style


Sesuai judul di atas, Multilevel Marketing adalah gaya bisnis di era Pos Modernisme ( era setelah era modern ). MLM adalah konsep bisnis terakhir di dunia, namun dengan aplikasi dan aliran yang berbeda-beda. Jadi sebenarnya, pemahaman MLM yang beredar di kalangan masyarakat awam masih bersifat umum. analogi sederhana : staff perusahaan (umum), staff divisi pemasaran, divisi humas, divisi advertising (khusus).

Kembali ke pembahasan, mengapa MLM disebut gaya bisnis posmodernisme?

Dalam era abad pertengahan - era modern kita mengenal proses distribusi tradisional, yaitu barang yang diproduksi dijual secara massive kepada para penyalur seperti importir, agen besar, agen kecil, grosir, toko, kios, dsb. Dengan alur distribusi yang panjang, sangat wajar apabila setiap titik mengambil keuntungan dari harga pembelian dari penjual lain. skemanya seperti berikut :




dan persentase keuntungan per satu produk kurang lebih sebagai berikut :


Hal inilah yang berdasarkan survey tidak banyak diketahui bahkan disadari oleh masyarakat pada umumnya ketika membeli sebuah produk. 

Contoh sederhana: ketika Anda membeli sebuah peralatan elektronik, mungkin Anda tidak mempedulikan seberapa panjang alur distribusi yang terjadi. Katakanlah Anda membayar 1 juta rupiah untuk sebuah alat elektronik tersebut, jika Anda membeli langsung dari produsen, mungkin harga benda tersebut jauh dibawah 1 juta, mungkin sekali Anda mendapatkan dengan harga 400 ribu rupiah saja. Tetapi pastinya, Anda tidak diperbolehkan hanya membeli 1 buah saja jika langsung ke produsennya. :-D

dalam konsep ini, Anda sebagai pembeli tidak mendapatkan keuntungan penjualan apapun, sebagai gantinya Anda mendapatkan fungsi dari produk elektronik tersebut dan jika Anda beruntung Anda dapat mengikuti dan memenangkan undian yang diadakan dari perusahaan produksi ataupun tangan kedua yang menjadi distributor resmi produk tersebut.

Sedangkan, dalam konsep MLM setiap individu yang terlibat di dalam proses distribusi tersebut memiliki kesempatan yang sama, dimana konsumen dapat menjadi distributor dan menjaring banyak konsumen lain dengan men-sharingkan pengalaman bersama produk tersebut, lalu secara berkesinambungan proses konsumsi-distribusi akan terus berlanjut.
Jalur distribusi pun menjadi sangat sederhana, sehingga total nilai distribusi dapat dibagikan secara merata kepada setiap pelaku distribusi.




kemanakah 10% yang menjadi biaya iklan undian dan event dalam distribusi tradisional, dialokasikan dalam konsep MLM?

Pasti kita pernah mendengar bahwa dalam bisnis MLM, saat distributor mencapai satu posisi tertentu akan ada penghargaan berupa mobil gratis, motor, liburan, bahkan rumah. Dan jika Anda berpikir bahwa 10% tersebut adalah untuk penghargaan, maka asumsi Anda benar. 
Jadi pada dasarnya, ketika seseorang memutuskan untuk bergabung dengan perusahaan MLM, dia sudah memiliki hak dan tanggung jawab untuk mencairkan penghargaan bagi dirinya tersebut.

Dari perbandingan di atas, kita bisa melihat bahwa MLM merupakan penyederhanaan konsep distribusi, tetapi juga memberikan keuntungan yang besar bagi perusahaan, penyalur dan pembeli.

Jadi jika banyak orang awam berkata bahwa MLM itu hanya menguntungkan yang awal bergabung dan merugikan yang bergabung belakangan, ini adalah asumsi yang sangat prematur, karena jika kita saja tidak pernah mengatakan hal tersebut saat membeli produk konvensional apapun, sepantasnya kita juga tidak bisa berkata seperti itu terhadap produk MLM.

Jika Anda memiliki pertanyaan ataupun pendapat mengenai MLM secara keseluruhan, jangan sungkan untuk berdiskusi di bagian komentar di bawah ini! :) Salam sejahtera dan Sukses selalu.

No comments:

Post a Comment